Di
tahun 2014 ini Genap lima tahun sudah tradisi politik bangsa Indonesia dimana
pergantian beberapa bentuk parlemen terutama para menteri DPR dan Presiden
serta Wakilnya yang biasa kita kenal dengan Pemilu (Pemilihan Umum) dari
berbagai kandidat personal maupun partai dengan berbagai macam bentuk
lambangnya pula.
Berbagai
strategi digunakan untuk mencari simpatik masyarakat dengan berbagai cara
apapun juga, seringkali mereka menggunakan tipu daya untuk meraih kepercayaan
di mata masyarakat yang ngga tahu menahu alias awam. Mereka yang bernafsu akan
meng-halalkan berbagai cara untuk meraih suara agar dapat menikmati singgahsana
parlemen dengan berbagai anggaran yang menggiurkan hingga rela mati-matian
menggapainya.
Banyak pula yang kecewa karena saat
pemilu menjelang orang-orang mendukung para calon legislatifnya maju menduduki
singgahsana tapi ketika sudah berada di posisinya dewan legislatif tersebut
lupa kepada siapa yang memilih mereka alias janji ya tinggal janji.
Dan begitu juga yang terjadi hampir disetiap
pemilu, bukan cuma sekedar legislatifnya saja yang melupakan para pendukungnya melainkan
kekecewaan juga dialamatkan kepada sang presiden yang melupakan janji kepada
rakyatnya ditambah dengan adanya isu korupsi diberbagai bidang yang semakin
merajalela.
Seperti yang kita ketahui dari tahun ke
tahun persaingan dalam politik kian sengit, sikut menyikut, tuding saling
fitnah dan saling menjatuhkan sudah tampak biasa untuk merebut jabatan
tertinggi atau menunjukan kelompoknya yang paling bersih dan paling hebat. Atas
sikap ini pula banyak masyarakat semakin ngga peduli dan percaya lagi.
Ketidak percayaan di beberapa pihak
tersebut sempat mengkhawatirkan bagi kalangan legislatif yang takut akan kekurangan
standar kuota suara dalam pemilu. Mungkin kita masih ingat, ditahun-tahun politik
sebelumnya juga sempat menjadi ancaman dari mereka yang kecewa dengan membuat
sebuah gerakan golput nasional alias golongan putih yang tidak akan memilih siapa
pun dan dari partai manapun.
Dibalik ketidak percayaan itulah
seharusnya kita sebagai pemilih harus lebih hati-hati dalam memilih dan harus
mengenali siapa yang akan kita pilih. Apapun yang terjadi ngga boleh ada
golongan putih, bagi saya pribadi golongan tersebut merupakan tindakan tidak
bertanggung jawab dan bentuk ketidak pedulian diri terhadap nasib bangsanya.
Dalam hal ini kita semua harus peduli
terhadap bangsanya karena tidak mungkin nasib suatu bangsa dapat berubah bila
masyarakatnya sendiri ngga mau peduli tuk mengubah. Seiring perkembangan
teknologi dan media informasi, blogger dalam hal ini juga menjadi salah satu
prospek yang baik terutama dalam menyebarluaskan informasi mengenai calon-calon
pemimpin bangsa dalam pemilu lantaran blog merupakan salah satu media yang
berpengaruh seperti media lainnya.
Blogger juga berhak ambil andil dalam
kampanye baik untuk salah satu caleg maupun partai, tentu saja dengan syarat menyajikan
data dan fakta yang jelas serta dapat dipertanggung jawabkan dengan tujuan
memberikan informasi kepada warga mengenai calon pemimpin tersebut. Ngga
sekedar mendukung personal maupun kelompok tertentu, para blogger juga dapat
menyebarluaskan hasil dari perhitungan suara serta memberikan tanggapan yang
positif dari setiap proses dengan kata lain mendukung dengan penuh dan aktif
memberikan informasi yang aktual dalam mensukseskan berjalannya pemilu di tahun
2014 ini.
Artikel keren lainnya:
emh sya juga jadi tertarik nih mas alfan untuk blog sya ikut berperan serta dlm pemilu 2014 :D
BalasHapusini masih mau perpanjang KTP dulu soalnya udah mau expired
BalasHapus