Gambar : ilustrasi
Sering banget saya dihina dicaci sampai dimaki, tak ada asap tanpa api ceritanya begini : saat kumpul dengan kawan-kawan dimalam tahun baru kemarin maka yang terjadi kan pada rumpi ketika asiknya itu saya merasa jenuh dalam obrolan yang panjang lebar dan luas bagai lapangan bola pikiran entah nakal atau iseng yang pasti sih bukan pikiran jorok.
Sedikit otak kanan saya bekerja yang kalau menurut pakar peneliti menandakan kreatifitas, saya mencoba merangsek kedalam suasana heboh teman-teman sembari menyelipkan tiga batang petasan korek di belakang salah satu mereka yang ngga lama waktunya meledak keras.
Dan.. Jreeeng.. Jreeeeeng.. sontak mereka melompat seirama dan saya juga. Semua tertawa bercampur emosi "dasar anak setan" celetuk teman sambil menikmati tengah malam bersama kawan-kawan semua.
Kalau diingat-ingat lagi mungkin bukan dia seorang yang ngomong kaya begitu. Hal serupa juga sering terjadi ketika iseng dengan kawan lainnya.
Emosi atau Marah ? ngga, tapi saya juga teringat omongan dari bokap yang pernah suatu ketika dia marah sama saya, mungkin bisa dibilang marah besar " Dasar Setan " kata bokap saya sih begitu. Emosi atau Marah ? ngga, tapi dalam hati menggerutu "Kalo gue setan berarti kan lo bapaknya Setan" setelah ratusan tahun kata itu bersemayam dalam hati.. ciee lebay deh.. saya secara sengaja mengucapkannya kepada beliau.
Seketika suasana menjadi cair dan bokap pun tertawa dengan hilang rasa emosinya saat saya ucapkan seperti itu, padahal mah saya takut dia jadi tambah marah banget. " Kalo saya setan dan bapak adalah bapaknya setan berarti kita keluarga ..... dong ? ".
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Bersua anak setan"
Posting Komentar