Sebut
saja namanya Lengko, bukan nama aslinya demi menjaga kehormatan orang yang
sesungguhnya beserta keluarganya. Namun benar adanya dia adalah salah satu
teman yang saya miliki di lingkungan rumah meski berbeda usia dua tahun dari
saya.
Seorang
pemuda yang memiliki prestasi gemilang disepanjang masa sekolahnya, Lengko
kerap mendapatkan predikat sebagai jawara. Yaa! Dia merupakan jawara Taekwondo
di setiap kejuaraan. Sejak duduk di sekolah dasar, ia sudah memilih hobinya
dalam bidang olah raga taekwondo.
Anak
pertama dari dua bersaudara yang memiliki ayah seorang Purnawirawan TNI. Sejaka
menekuni hobinya di sekolah dasar, ia kerap mendapatkan juara tiga besar di
setiap ajang pertandingan taekwondo. Konsisten terhadap hobinya, ia terus
melanjutkannya hingga ketingkat SMP dan saat itu dia juga berkesempatan untuk
ikut dalam ajang Porda (Pekan Olah Raga Daerah) di Jakarta.
Begitu
selanjutnya hingga dia duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dia
masih dapat meraih prestasi meski tidak segemilang saat dia duduk di bangku SMP.
Sebaliknya, prestasi yang dia dapat perlahan namun pasti mulai menghilang,
Lengko yang memiliki segudang prestasi gemilang kian menghilang.
Sejak
dirinya berada di sekolah SMK dia kian menjauh dari prestasinya, terbawa arus
lingkungan baik di sekolah maupun di lingkungan rumah. Tempat tinggal kami
sangat keras, kehidupan nan liar dan lengko satu dari banyak teman-teman saya
yang terjerumus oleh pergaulan lingkungan itu.
Di
saat di bangku SMK dia mulai mengenal yang namanya rokok, berawal dari ajakan
teman-temannya hingga dia menjadi seorang perokok berat. Di rumah pun demikian,
lingkungan pergaulan yang kotor membuat dia jadi lebih parah dan sangat parah
ketika ia mulai mengenal yang namanya narkoba.
Dari
sebutir pil inex hingga selinting ganja pernah di coba secara sembunyi-sembunyi
maupun secara terbuka alias menggunakannya didepan publik.
Jiwa
yang labil dan mudah dipengaruhi, dirinya ketika memiliki segudang prestasi ia
kerap menjadi pelindung kami kala diserang oleh kampung sebelah. Ya! Lingkungan
kami memang sangat keras, bisa dibilang tempat tinggal kami seperti “PALUGADA” (Apa
lu mau Gue Ada) mulai dari prostitusi, narkoba, dan juga tawuran warga. Tempat tinggal
kami berasa di Mexico ala asia, terasa sekali era “Macan Asia”.
Setiap
ada tawuran warga, dialah yang berada dibarisan paling depan dalam barisan
pertahanan tapi sikapnya berubah kala ia mulai terpengaruhi obat, bagai kawan
menjadi lawan. Hal itu terjadi karena dari lawan sanalah ia mendapatkan obat.
Ia
juga sering menjadi incaran polisi dan sudah berkali-kali masuk bui, dia juga
tergabung bersama Bandar narkoba yang ada di seputar tempat tinggal kami. Tapi
entah kenapa dia tidak pernah jera dan sang Bandar pun tidak pernah ditangkap
polisi dimasa itu.
Peredaran
narkoba di lingkungan kami tidak Cuma satu kelompok tapi yang paling dekat
dengan kami terdapat dua kelompok dan sering kali terjadi perebutan lahan
perdagangan untuk bisnis mereka. Dan lengko pun menjadi korban dari pertikaian
itu. Sosoknya yang terkenal pandai berkelahi membuatnya menjadi algojo utama di
kelompoknya begitu juga dialah yang menjadi target utama pembantaian di setiap
pertikaian.
Hal
tersebut membawa Lengko pada kematian, ia dikeroyok hingga puluhan remaja dari
kelompok berbeda. Ia tewas mengenaskan dengan belasan luka tusuk dan puluhan
bekas pukulan benda tumpul. Lalu kemana kami ? kami bukanlah mereka yang
berbeda kelompok.
Kami
tidak bersama dia saat peristiwa itu terjadi. Pilihannya bersama kelompok
berbeda membuat kami menjauh. Lalu bagaimana peran Orang tua dan warga di lingkungan
kami ? Warga di lingkungan ini cukup peduli akan kondisi kami saat itu. Berkali-kali
mereka membuat penyuluhan Anti Narkoba
yang turut mengundang pihak kepolisian. Namun bagi saya itu sangat sia-sia
lantaran masih terdapat otak dari rusaknya lingkungan hidup kami tapi entah
sepertinya mereka di dukung oleh oknum-oknum yang memang tidak bertanggung
jawab dan mencari keuntungan pribadi dari bisnis Haram tersebut.
Begitu
pula dengan peran tua, hanya saja bagi saya pribadi untuk masalah Lengko adalah
salah satu teman yang kurang beruntung. Dia terlahir di keluarga yang menurut
saya sangat disiplin tapi sayang keluarganya tidak akur. Keluarganya bercerai
ketika lengko berada di sekolah menengah pertama dan ia harus tinggal bersama
ayahnya dan juga pembantunya dan mungkin itu yang membuat ia tertekan dan terus
kabur-kaburan dari rumah hingga akhirnya terjerumus dalam lingkaran narkoba.
Ayah
sebelumnya juga pernah beberapa kali membawa lengko ke sebuah panti Rehabilitasi Pengguna Narkoba,
menitipkannya kepada pihak Badan
Narkotika Nasional (BNN), dan bahkan pernah ia menitipkannya pada sebuah
pesantren di daerah meskipun Lengko bukan seorang muslim.
Dari
kejadian yang saya alami, berteman dengan Lengko memberikan banyak pengalaman
dan ilmu kehidupan terutama tentang hubungan dalam keluarga, tidak sekedar
ketegasan namun juga butuh kasih sayang yang besar.
dedicated by R.I.P Lengko
sedih banget membaca tulisan ini mas, seorang yang berprestasi namun harus pergi sia-sia.. mudah-mudahan Lengko tenang di surga. amin
BalasHapus