Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya ...
Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia ~ Soekarno (Bung Karno)~
Begitulah kutipan yang diucapkan oleh seorang presiden pertama negeri Indonesia ini dalam membangkitkan semangat pembangunan bangsa yang sangat membara . Baru-baru ini hal itu juga diangkat kembali dalam sebuah film layar lebar dengan judul Soekarno. Dengan membawa semangat perjuangan yang membara dan konflik pemikiran antar kaum tua dengan kaum muda kembali ditayangkan oleh sutradara lokal Hanung Bramantyo.
Berlatar belakang sejarah, film tersebut di atur sedemikian jadulnya dengan konsep masa perjuangan bangsa Indonesia tanpa mengurangi nilai sejarahnya. Secara singkat film itu bercerita tentang masa penjajahan negara Belanda hingga Jepang di periode perang dunia ke-2. Berbeda dengan film-film perjuangan bangsa Indonesia lainnya yang hanya menampilkan pertempuran melawan penjajah, di film Soekarno sebaliknya lebih menonjolkan sisi diplomatis pemikiran bangsa ini dalam melawan penjajah.
Seperti yang kita ketahui dalam cerita sejarah bangsa ini terkenal dengan konflik kaum muda dengan kaum tua dikala upaya pencapaian kemerdekaan bangsa ini, yang mana kaum muda memiliki semangat juang yang sangat berapi-api sekali dalam melawan penjajah dengan segala resiko yang besar. Sedangkan kala itu kaum tua bertindak dengan sangat bijaksana sehingga terlihat lamban dalam mengambil keputusan. Dan hal tersebut sangat ditonjolkan dalam film ini.
Peranan dalam film tersebut terlihat sangat hati-hati mengingat para tokoh yang sesungguhnya telah meninggal hingga beberapa pemeran dalam film tersebut sedikit kesulitan memperagakan peran dengan sifat yang serupa. Seperti halnya yang dialami oleh artis cantik Ratu Tika Bravani yang mengaku kesulitan memerankan tokoh ibu Fatmawati.
Kesulitan itu juga sangat dirasakan oleh Ario Bayu pemeran utama yang menjadi orang nomor satu di Indonesia karena beliau memiliki tanggung jawab memerankan tokoh yang sangat terhormat di negara ini dan tidak dapat main-main.
Bagi saya yang telah berkesempatan menontonnya, film ini perlu diacungkan dua jempol untuk hasil keseluruhan baik dalam segi setting lokasi, para pemeran, dan khususnya sang sutradara beserta kru film tersebut meskipun film ini mendapat banyak kritikan dan juga bermasalah dalam hal hak cipta yang dilaporkan oleh Rachmawati Soekarnoputri ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan nomor perkara 93/Pdt.SUS-HakCipta/2013/PN.Niaga.Jkt.Pus pagi ini (14/12/2013).
Artikel keren lainnya:
Kerennya film ini bener-bener menjelaskan cerita bahkan sosok Soekarno, sejarah harus jujur. Bukan ditutup-tutupi. Film ini recommended banget buat ditonton :D
BalasHapus